Sebuah survei membuktikan Rusia dan China merupakan tempat bersarangnya geng kejahatan dunia cyber, seperti aksi hacker, blackmail, dan money laundring.
Survei yang merupakan hasil kerja sama antara PBB dan FBI ini mengungkapkan bahwa mereka menempatkan dua negara itu sebagai negara teratas yang paling banyak dalam menyembunyikan para pelaku kejahatan di ranah maya tersebut. Oleh FBI, perlindungan terhadap penjahat itu dilakukan untuk menghindari tuntutan dari negara lain.
"China dan Rusia terus melindungi para pelaku dan tidak mau menyerahkannya kepada hukum internasional. Dengan alasan, mereka tidak percaya badan intelijen asing," jelas juru bicara dari FBI, seperti yang dilansir Times, Senin (15/12/2008).
"Pelaku cybercrime aman di sana, karena antara pemerintah daerah dan pihak kepolisian telah menjalin kerja sama," tudingnya.
Padahal hacker akan segera menjadi cukup kuat untuk melakukan serangan yang akan merusak dan menghancurkan infrastruktur penting nasional, termasuk perusahaan gas dan air, perbankan, serta sistem pembayaran online.
Pemerintah Inggris pun ikut memberi saran, bahwa seharus ada kerja sama yang apik dengan kedua negara itu. Apalagi, jaringan kejahatan yang dilakukan termasuk kategori tinggi sehingga sulit untuk ditangkap. Apalagi, butuh lima tahun untuk menyelesaikan masalah satu kejahatan.
Bahkan, FBI memprediksi tahun depan akan ada peningkatan signifikan. Sebab, krisis ekonomi yang melanda membuat orang frustasi dan memilih jalan pintas untuk menjadi kaya dengan cara mencuri nomor kartu kredit seseorang.
Serem euy....
@ koekoeh
Yup.. Om, Mudah2an Indonesia Gak Kayak Gitu ..